Di permukaan batur ada selasar selebar seputar 1 m yang
melingkari badan candi. Selasar ini dilengkapi dengan pagar atau langkan,
hingga memiliki bentuk serupa suatu lorong tanpa ada atap. Lorong berlangkan
ini berbelok-belok menyudut, membagi dinding candi jadi 6 sisi. Selama dinding
badan candi dihiasi jejeran pahatan Arca Lokapala. Lokapala yaitu dewa-dewa
penjaga arah mata angin, seperti Bayu, Indra, Baruna, Agni serta Yama.
Selama segi dalam dinding langkan terpahat relief Ramayana.
Narasi Ramayana ini dipahatkan searah jarum jam, diawali dari adegan Wisnu yang
disuruh turun ke bumi oleh beberapa raja manfaat menangani kekacuan yang
diperbuat oleh Rahwana serta disudahi dengan adegan selesainya pembangunan
jembatan melintas samudera menuju Negara Alengka. Sambungan narasi Ramayana ada
dinding dalam langkan Candi Brahma.
Diatas dinding langkan berderet hiasan ratna. Dibawah ratna,
pada segi luar dinding langkan, ada relung kecil dengan hiasan Kalamakara di
atasnya. Dalam relung ada 2 motif pahatan yang dipertunjukkan berselang-seling,
yakni gambar 3 orang yang berdiri sembari berpegangan tangan serta 3 orang yang
tengah memainkan beragam type alat musik.
Pintu masuk ke ruang-ruangan pada badan candi ada di teras
yang lebih tinggi lagi. Untuk meraih teras atas, ada tangga di depan semasing
pintu ruang. Pada badan candi ada empat ruang yang melingkari ruang paling
utama yang terdapat di dalam badan candi. Jalan masuk ke ruang paling utama
yaitu lewat ruangan yang menghadap ke timur. Ruang ini ruang kosong tanpa ada
arca atau hiasan apa pun. Pintu masuk ke ruangan paling utama letaknya segaris
dengan pintu masuk ke ruangan timur.
Ruangan paling utama ini dimaksud Ruangan Syiwa lantaran di
dalam ruang ada Arca Syiwa Mahadewa, yakni Syiwa dalam posisi berdiri diatas
teratai dengan satu tangan terangkat di depan dada serta tangan lain mendatar
di depan perut. Arca Syiwa itu terdapat diatas umpak (landasan) setinggi
seputar 60 cm, berupa yoni dengan saluran pembuangan air di selama pinggir
permukaannya. Konon Arca Syiwa ini melukiskan Raja Balitung dari Mataram Hindu
(898 - 910 M) yang dipuja juga sebagai Syiwa.